diposkan pada : 18-09-2019 11:35:42 KISAH TENTANG AMPLAS

Hampir semua dari kita kenal dengan amplas. Kita sudah sering melihatnya sejak kita kecil saat melihat tukang ataupun ayah kita menghaluskan permukaan suatu benda.

Amplas sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu kala dalam peradaban manusia. Dari sejarah yang tercatat, pada abad pertama Masehi, bangsa Tiongkok menggunakan pecahan cangkang kerang, biji-bijian dan pasir yang direkatkan di atas selembar kertas dengan getah tanaman sebagai alat untuk menghaluskan permukaan benda. Kulit ikan hiu dan sisik ikan Coelacanth yang kasar digunakan sebagai alat abrasif oleh bangsa Komoro yang hidup di sebuah pulau di sebelah barat laut pulau Madagaskar. Bangsa Jepang menggunakan tanaman ekor kuda yang direbus dan dikeringkan sebagai alat pemoles tradisional yang lebih halus dari amplas.

Pada 1833, perusahaan John Oakey memproduksi secara massal kertas ‘gelasan’ (glass paper) yang menggunakan pecahan kaca halus yang ditempel ke atas selembar kertas dengan cara khusus.

Barulah pada 1921, perusahaan 3M meluncurkan kertas amplas yang menggunakan butiran silicon carbide yang menggunakan perekat dan kertas yang tahan air. Kertas amplas ini dapat digunakan kering maupun dengan air. Penggunaan dengan air ini lebih menguntungkan, karena debu dan serpih yang dapat menumpulkan butiran silikon karbida tadi akan dapat terbawa air. Kertas amplas akan dapat berfungsi optimal lebih lama.

Untuk pekerjaan menghaluskan permukaan benda yang masih kasar, kita gunakan amplas dengan butiran kasar. Untuk pekerjaan finishing permukaan suatu benda yang sudah halus, kita gunakan amplas yang halus dan yang ekstra halus.

Grit size atau ukuran besarnya partikel butiran abrasive pada amplas diatur sesuai standar yang berlaku. Untuk dapat mengidentifikasikan amplas, besarnya butiran atau grit size diberi kode huruf maupun angka. Standar yang saat ini digunakan adalah standar CAMI dari Amerika Serikat (Coated Abrasive Manufacturers Institute, bagian dari Unified Abrasives Manufacturer's Association) dan standar Eropa FEPA (Federation of European Producers of Abrasives). Sistem standarisasi FEPA sama dengan standarisasi.

Penting bagi kita untuk mengetahui grit size dan jenis pekerjaannya.Jika kita menggunakan jenis amplas yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya, maka pekerjaan kita akan menjadi tidak efektif dan tidak efisien.

Bayangkan jika kita berusaha menghaluskan kayu kasar dengan amplas dengan grit size yang halus. Pekerjaan kita akan berlangsung lamaaaa sekali, dan energi yang dikeluarkan pun cukup besar. Kita kelelahan tanpa hasil yang memuaskan!